Neno Warisman Tunjuk Kartu Pers, Benar Jurnalis Atau Mengaku-Ngaku?

Pada lanjutan sidang dengan terdakwa Rizieq Shihab, Jumat (19/3) kemarin, ada momen yang mengundang rasa penasaran media. Bukan soal ribut penasehat hukum tidak diperkenankan masuk ruang sidang saja, melainkan ada sosok yang tidak asing di sana. Orang itu adalah Neno Warisman yang memang dikenal sebagai aktivis pendukung Rizieq Shihab.

Menariknya, Neno sampai mengaku sebagai seorang jurnalis dan beralasan ingin meliput berita persidangan. "Saya adalah Anggota Dewan Redaksi Satu Indonesia News Network," ujarnya sambil menunjuk kartu pers nya. Tentu saja hal ini membuat kaget banyak insan pers yang tengah meliput berita. Karena selama ini Neno dikenal sebagai aktivitas partai dan dekat dengan ormas FPI.

Sama sekali masyarakat belum pernah melihat tulisan atau ulasan Neno di sebuah media sebagai sebuah hasil karya jurnalistik. Atau melakukan kerja-kerja jurnalis lainnya. Terlebih, akan sangat aneh jika jurnalis namun juga anggota aktif partai politik juga seorang partisan FPI. Tentu akan sulit bisa bersikap obyektif dan independen. Jadi, apakah benar Neno seorang jurnalis?

Kalau soal kartu pers bisa dipesan atau dibuat dengan cepat. Tidak sulit merekayasa kartu identitas. Merekayasa wajah menjadi babak belur saja bisa (ingat kasus Ratna Sarumpaet?). Namun begitu, saat dilacak pada laman media online yang dimaksud, nama Neno memang tercantum sebagai Dewan Redaksi, bersama nama-nama lain seperti Refly Harun, Chusnul Mar'iyah dll (lihat gambar).

Tapi jika Neno yang melakukan itu, sepertinya tidak heran juga, mengingat ia mengurusi banyak hal di dunia bahkan akhirat. Hampir semua aktivitas ia lakukan, mulai dari artis, sosial, pendidikan anak hingga aktivis partai dan oposan. Berikut sedikit profilnya. Titi Widoretno Warisman nama aslinya (56), namun lebih dikenal dengan sapaan Neno Warisman. Ya biasalah kalau ingin lebih menjual di dunia etertaint.

Neno harus punya nama panggung yang mudah diingat dan komersial. Katanya sih biar hoki. Ya, awal dikenal, Neno memang seorang yang gak asing dengan dunia panggung. Sebagai penyanyi, beberapa album telah dilahirkannya. Tidak puas bernyanyi, Neno merambah dunia akting dengan beberapa judul film sempat ia mainkan. Bosan di dunia hiburan, ia dikabarkan hilang sekian waktu setelah berkeluarga (1992).

Tahun 1998, ia pula yang merintis mengenakan hijab. Di masa orba memang hijab belum terlalu populer, bahkan melarang untuk dikenakan. "Pemerintah Orde Baru selalu menghalang-halangi umat Islam untuk menerapkan syariah Islam dalam kehidupan sehari-hari, misalnya melarang para perempuan memakai jilbab untuk menutupi auratnya,” tulis Merle C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (2008).

Setelahnya, ia sempat ikut dalam beberapa kegiatan sosial, budaya dan bahkan pendidikan anak. Buku Inspiring Stories: 30 kisah para tokoh beken yang menggugah (2008:220) yang disusun Ahmadun Yosi Herfanda & Irwan Kelana menyebut, “sejak 2002 sampai sekarang [Neno] mengelola Neno Education Care. Sejak 2005, Neno bekerja sama dengan Dr Seto Mulyadi. Neno Education Care dikembangkan menjadi Seto-Neno Foundation."
Rekam jejak ini kemudian menjawab mengapa Kak Seto sangat "dekat" dengan kelompok FPI, ternyata Neno lah yang mengenalkan dan membawanya ke sana (ingat ketika kak Seto mendatangi dan menunjukkan rasa empatinya kepada cucu-cucu Rizieq paska penembakan 6 pengawal Rizieq). Banyak warga net yang kecewa, mengapa Kak Seto tidak mengurus anak jalanan yang terlantar malah "ngurusi" anak-anak yang serba berkecukupan keluarga Rizieq?

Lanjut lagi. Masa-masa menjelang dan paska Pilkada DKI 2017, Neno menjadi bagian emak-emak yang paling getol meneriakkan "Tangkap Ahok". Lalu, dia pun terlihat bahagia saat Anies memenangkan kursi Gubernur DKI (2017-2022), karena ia bagian dari tim pemenangan Anies-Sandi. Saat itu Neno memang sudah berkecimpung di dunia politik dengan bergabung ke PKS.

Hingga rekam jejak Neno lainnya yang tercatat paling viral adalah saat Pilpres 2019. Sebagai bagian dari gerbong PKS maka pastilah ia dengan senang hati merapat ke pasangan Prabowo-Sandi. Ia mati-matian menggalang suara emak-emak, termasuk membuat dan menyusun isu-isu buat mereka. Dengan kemampuan teatrikalnya (maklum artis kang drama) ia membuat puisi politis (di masa kampanye pilpres).

Puisi itu dibacakan hingga berurai air mata (buaya), saat pendukung Prabowo-Sandi mengadakan acara Munajat 212 (21/2/2019) di Monas. Berikut ini isi potongan puisinya yang viral:
....
"jangan, jangan Engkau tinggalkan kami, dan menangkan kami
Karena jika Engkau tidak menangkan
Kami khawatir ya Allah
Kami khawatir ya Allah
Tak ada lagi yang menyembah-Mu
.....
Benar kan, hampir semua hal di dunia bahkan akherat ia urusin. Termasuk mau mengatur dan ancam KuasaNya. Terbukti, Neno bukan siapa-siapa di mata Allah. Allah SWT "meninggalkan" Neno dkk karena mereka kalah (lihat dan baca lagi syair puisinya). Sebaliknya saya dan lawan politiknya Neno dkk sekarang masih tetap beribadah menyembahNya. Sebenarnya ia mau membuktikan apa? Saya hanya menulis, silahkan simpulkan sendiri.

Sumber : Status Facebook Agung Wibawanto