Simak ! Ini 4 Bekal yang Harus Dipersiapkan untuk Kematian

Beritacenter.COM - Di dunia ini tidak ada yang pasti kecuali satu hal, yakni mati. Dalam sebuah ayat: kullu nafisin dzaiqat maut (semua yang bernyawa pasti akan mati). Jadi semua itu tidak ada yang pasti. Misalkan, hari ini jadi Bupati, uang masih masuk kantong, bisa jadi besok pakai seragam KPK. Satu-satunya yang pasti adalah kematian. Maka kita harus mempersiapkan diri untuk itu.

إِنَّا نَحۡنُ نُحۡیِ ٱلۡمَوۡتَىٰ وَنَكۡتُبُ مَا قَدَّمُوا۟ وَءَاثَـٰرَهُمۡۚ وَكُلَّ شَیۡءٍ أَحۡصَیۡنَـٰهُ فِیۤ إِمَامࣲ مُّبِینࣲ

Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab yang jelas (lauḥ maḥfūẓ). (Surat YaSin: 12)

Dari ayat di atas dapat kita pahami bahwa seseorang itu harus mempersiapkan diri, bukan hanya menyiapkan bekal hidup, tapi juga bekal mati. Dan sebaik-baik bekal adalah takwa.

وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَیۡرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَىٰۖ

Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. (Al-Baqarah: 197)

Semua orang harus punya celengan hidup untuk nanti ketika mati. Imam Abu Laits mengatakan bahwa ada empat perkara yang akan menerangi kuburnya. Yaitu:

Pertama, menjaga Salat. Cara yang paling ideal untuk menjaga salat adalah berjamaah. Kalau ada yang mempermasalahkan salat berjamaah akan mengurangi kekhusyukan, itu merupakan mindset yang keliru. Khusyuk itu relatif. Khusuknya Pak Kades dan Sekretaris Desa itu beda. Khusyuknya Kiai dengan Santri juga beda. Wong definisi khusyuk itu beda-beda.

Saya pernah bertanya tentang khusyuk kepada anak SMP dan SMA, apa pengertian salat khusyuk? Ada yang menjawab khusyuk itu salat karena Allah (lillahi taala). Kemudian, salat khusyuk itu salat yang tidak ingat apa-apa. Hal tersebut tidak masalah memang, sebab kemampuan santri ya begitu.

Ada suatu kisah yang menggambarkan tentang salat khusyuk. Suatu hari Gus Dur bertemu dengan Qomar. Qomar ini pernah menjadi anggota DPR. Suatu hari Gus Dur bertanya kepada Qomar, “Mar, kalo kamu salat terus ada klakson mobil bunyi, kamu dengar tidak?”. “Ya dengar, Gus.” Katanya. “Berarti kamu belum khusyuk”.

Suatu hari Gus Dur bertemu lagi dengan Qomar, dengan pertanyaan yang sama, “Mar kamu waktu salat itu dengar klakson tidak?”. Karena Qomar kemarin sudah menjawab dengar dan dikatakan tidak khusyuk, maka ia kali ini menjawab, “Tidak, Gus.” “Wah berarti kamu dengar, Mar.”

Artinya apa? khusyuk itu bukan urusan fisik dan panca indera. Tapi khusyuk adalah orang yang seolah-olah ketika salat itu bertemu dan berkomunikasi dengan Tuhannya. Karena mau berkomunikasi dengan Tuhannya, maka persiapan salat itu dengan sempurna. Mulai dari wudu, pakaian, dan lain-lain.

Orang itu kalau istikamah berjamaah tidak usah menunggu di akhirat pasti di dunia sudah mendapat kemuliaan. Orang yang memperbaiki salatnya, berarti ia memperbaiki seluruh hidupnya.

Ada satu kisah, di suatu daerah akan dibangun jalan tembus yang mengharuskan pemindahan wilayah pekuburan. Warga setempat sepakat untuk memindahkan kawasan pekuburan itu. Warga setempat dikagetkan dengan satu liang lahat yang ternyata setelah 24 tahun terkubur jenazahnya masih utuh. Usut punya usut jenazah ini adalah sopir angkot yang setiap mendengar azan di mana pun ia berada, pasti bergegas ke masjid untuk berjamaah. Ia menawarkan kepada penumpang untuk salat, atau kalau tidak mau menunggu akan dicarikan angkot lain tanpa mengganti ongkos.

Maka berbahagialah kita yang masih bisa diberi kesempatan oleh Allah tetap selalu menjaga salat jamaah.

Kedua, amal yang bisa menerangi kubur adalah membaca Al-Quran. Kalau sudah terbiasa mengaji Quran, kita harus berusaha mengkajinya. Sebab dalam Al-Quran ada seratus lebih nilai-nilai sosial dalamnya. Nilai dasar Pesantren Tebuireng itu mengambil dari nilai-nilai dalam Quran.

Ketiga, selain membaca Al-Quran, amal yang bisa menerangi kubur kita adalah memperbanyak sedekah. Almarhum Gus Solah ini dermawannya luar biasa. Gus Sholah pernah mendapatkan cek senilai satu milyar sebab dulu beliau pernah membantu pemberi cek. Cek itu tidak digunakan oleh Gus Sholah secara pribadi, melainkan diberikan kepada Pesantren Tebuireng untuk kemaslahatan.

Keempat, memperbanyak kalimat toyyibah, terutama shalawat. Ada seorang pengusaha China datang ke seroang kiai minta amalan karena bisnisnya bangkrut. Akhirnya, oleh kiai disuruh membaca Alfatihah seratus, selawat seratus. Beberapa bulan kemudian ia kembali ke kiai untuk berterima kasih karena bisnisnya sudah pulih.

*Pesan Kepala Pondok Putri Pesantren Tebuireng, KH. Fahmi Amrullah dalam peringatan haul Gus Sholah di Pesantren Al-Islah, Tebuireng 4, Riau.