Korea Utara Disebut Sebagai Negara Pencuri Aset Kripto Terbesar Sepanjang 2022

Beritacenter.COM - Terjadi banyak kasus pencurian aset kripto sepanjang 2022, beberapa diantaranya dilakukan oleh satu negara. Laporan rahasia Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) sebagaimana dilihat Reuters, negara pencuri aset kripto terbesar selama 2022 adalah Korea Utara. Tak hanya itu, Korut juga disebut menyerang berbagai jaringan bandan luar angkasa berbagai negara dan perusahaan keamanan.

"(Korea Utara) menggunakan teknik serangan siber yang makin canggih untuk mendapat akses ke jaringan digital yang dipakai di keuangan siber, dan untuk mencuri informasi bernilai termasuk program senjata," tulis pemantau sanksi independen dalam laporannya ke Dewan Keamanan PBB.

Selain itu, tim pemantau sebelumnya juga menuding Korut telah menggunakan serangan siber untuk mendanai program nuklir dan misilnya, seperti dilansir Reuters, Selasa (7/2/2023).

Baca juga :

• Jamin Investor Tak Rugi Berinvestasi di IKN, Bahlil : Datang Saja, Ini Barang Bagus!
• Harga Bitcoin-Ethereum Cs Kini Melesat hingga 30%, Akhir Masa Kelam Crypto Winter Kah?
• Pertumbuhan Bisnis Melambat, Valuasi Intel Anjlok Hingga Rp119,8 Triliun

"Aset kripto bernilai tinggi dicuri DPRK (Republik Rakyat Demokratik Korea-red) pada 2022 lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya," tulis tim pemantau dalam laporan yang dikirimkan ke 15 anggota komite sanksi Korut tersebut.

Kendati begitu, tudingan soal berbagai serangan siber dan pencurian aset kripto itu langsung ditepis oleh pihak Korut.

Sementara itu, tim pemantauan Korea Selatan memperkirakan hacker Korut telah mencuri aset virtual yang nilainya mencapai USD 630 juta selama 2022. Bahkan, sebuah perusahaan keamanan siber memperkirakan kejahatan siber Korut telah meraup aset kripto dengan nilai lebih dari USD 1 miliar.

"Fluktuasi nilai aset kripto dalam USD selama beberapa bulan terakhir mungkin menjadi penyebab perkiraan nilai yang berbeda ini, namun keduanya menunjukkan kalau 2022 menjadi menjadi pemecah rekor untuk pencurian aset virtual oleh Korut," tulis tim pemantau di laporan tersebut.

"Teknik yang dipakai oleh pelaku ancaman siber menjadi lebih canggih, yang membuat memantau dana curian semakin sulit," tambah mereka.

Sebagai informasi, rencananya laporan ini baru akan dirilis ke publik pada akhir bulan ini atau awal bulan depan. Serangan siber itu disebut dilakukan tim yang dikontrol oleh badan intelijen utama Korut, Reconnaissance General Bureau. Sejumlah tim hacker yang berhasil dipantau, yakni Kimsuky, Lazarus Group, dan Andariel.

"Para pelaku ini terus menerus menargetkan korban untuk menghasilkan pemasukan dan mencuri informasi bernilai bagi DPRK termasuk program persenjataan," tambah mereka.

Para hacker itu menyebar malware yang menargetkan organisasi di berbagai negara dengan menggunakan berbagai metode, termasuk phising.

"Kontak awal dilakukan lewat LinkedIn, dan setelah korban percaya, malware dikirimkan melalui komunikasi lanjutan di WhatsApp," tambah laporan tersebut.